Selasa, 01 Mei 2012

Data

DATA

PENGERTIAN DATA

 
Data merupakan salah satu hal utama yang dikaji dalam masalah TIK. Penggunaan danpemanfaatan data sudah mencakup banyak aspek. Berikut adalah pembahasan definisi databerdasarkan berbagai sumber.Data menggambarkan sebuah representasi fakta yang tersusun secara terstruktur, dengankata lain bahwa Generally, data represent a structured codification of single primaryentities, as well as of transactions involving two or more primary entities (Vercellis). Selaindeskripsi dari sebuah fakta, data dapat pula merepresentasikan suatu objek sebagaimanadikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa Data adalah nilai yangmerepresentasikan deskripsi dari suatu objek atau kejadian (event).
Dengan demikian dapat dijelaskan kembali bahwa data merupakan suatu objek, kejadian,atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki kodifikasi terstruktur untuk suatu ataubeberapa entitas.Setelah kita mengerti akan pengertian tentang data maka dari hasil data tersebut akamenghasilkan informasi. Informasi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pengolahandata. Data yang sudah ada dikemas dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah   informasi yang berguna. Berikut adalah definisi informasi berdasarkan berbagai sumber.
Informasi merupakan suatu hasil dari pemrosesan data menjadi sesuatu yang bermaknabagi yang menerimanya, sebagaimana dikemukakan oleh Vercellis (2009: 7) Information isthe outcome of extraction and processing activities carried out on data, and it appearsmeaningful for those who receive it in a specific domain . Selain merupakan hasil daripengolahan data, informasi juga menggambarkan sebuah kejadian, sebagaimanadikemukakan oleh Wawan dan Munir (2006: 1) bahwa Informasi merupakan hasil daripengolahan data dalam suatu bentuk yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event)yang nyata (fact) dengan lebih berguna dan lebih berarti .
Dengan demikian informasi dapat dijelaskan kembali sebagai sesuatu yang dihasilkan daripengolahan data menjadi lebih mudah dimengerti dan bermakna yang menggambarkansuatu kejadian dan fakta yang ada.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data bisa dibedakan dengan beberapa hal, seperti:
 

1.    Berdasarkan Setting (Setting Alamiah, Labortorium dengan melalui eksperimen, di rumah dengan mewawancarai responden, seminar, dan lain-lain)
2.     Berdasarkan sumber data: (Sumber Primer : Sumber yang langsung memberikan data dan Sumber Sekunder : Sumber yang tidak langsung memberikan data).
3. Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data dibagi lagi menjadi: Observasi, Wawancara, Dokumentasi dan Triangulasi/Gabungan

Pengumpulan Data dengan Observasi

1) Macam-macam Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshall dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.           
Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructed observation). Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat, yaitu pasive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation.
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Susan Stainback dalam Sugiyono (2006) menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities” Dalam obeservasi paarticipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.
  • Partisipasi pasif : peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
  • Partisipasi moderat : terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.
  • Partisipasi aktif : peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
  • Partisipasi lengkap : peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.
           b) Observasi terus terang atau tersamar
      Peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
  c) Observasi tak terstruktur

Observasi tidak terstuktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.

2) Manfaat Observasi

Menurut Patton dalam Nasution yang dikutip Sugiyono (2006), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut :



a) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b) Dengan observasi maka akan diperoleh pangalaman langsung sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengarugi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa’ dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana/ situasi sosial yang teliti.

 3) Obyek Observasi

Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut spradley dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku), activities (aktivitas).


Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi sosial sedang berlangsung

Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu Avtiviti, atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
4) Tahapan Observasi

Menurut Spradley dalam Sugiyono (2006) tahapan observasi ada tiga yaitu :

1) observasi deskriptif
2) observasi terfokus
3) observasi terseleksi
             a)    Observasi deskriptif
   Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian. Penelitian menghasilkan kesimpulan pertama. Peneliti melakukan analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui.
b) Observasi terfokus
   Peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus, peneliti selanjutnya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.
     c) Observasi terseleksi
   Peneliti telah menemukan karakteristik kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antarkategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain.

 b. Pengumpulan data dengan wawancara/interview
  Esterberg dalam Sugiyono (2006) mendefinisikan interview sebagai berikut. ‘ a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses. Resulting in communication and joint construction of meaning abaut a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
  Susan stainback dalam Sugiyono (2006) mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a deeper undersuntding of how the participant interpret a situation of phenomenon than can be gained through observationalon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

  Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono (2006) menyatakan bahwa “interviewing is at the heart of social researct. If you look through almost any sociological journal. You will find that much social research is based on interview, either standardized or more in-depth”. Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila Anda lihat dalam ilmu sosial, maka akan Anda temui semua karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara. Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang bisa.

1) macam-macam interview/wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2006) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:

a) wawancara terstruktur
b) wawancara semiterstruktur
c) wawancara takberstruktur

2) langkah-langkah wawancara

Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal dalam Sugiyono (2006), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a)Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c)Mengawali atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan alur wawancara
e) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh

3) Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dan Molleong dalam Sugiyono (2006) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan tentang pengetahuan
e) Pertanyaan yang berkenaan dengan indera
f) Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi

Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam Molleong dalam Sugiyono (2006) mengkalsifikasikan jenis-jenis pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut:

a) Pertanyaan hipotesis
b) Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal dan informan diminta
untuk memberikan respon
c) Pertanyaan yang menantang informan untuk memberikan hipotesis alternative
d) Pertanyaan interpretative
e) Pertanyaan yang memberikan saran
f) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alas an
g) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu argumentasi
h) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alas an
i) Pertanyaan untuk mengungkap sumber
j) Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap sesuatu
k) Pertanyaan yang mengarahkan

Spradley dalam Sugiyono (2006) menggolongkan jenis-jenis pertanyaan menjadi tiga, yaitu: pertanyaan deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan kontras.
4) Alat-alat wawancara

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) buku catatan
b) tape recorder
c) camera

5) Mencatat hasil wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa atau bahkan hilang.
JENIS –JENIS DATA

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.

1.     Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner.

2.     Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.

Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan dalam menentukan teknik serta langkah-langkah pengumpulan data penelitian.

PENGERTIAN VARIABEL

Dalam bahasa sehari-hari, variabel penelitian sering diartikan sebagai ”faktor-faktor yang dikaji dalam penelitian”. Menurut konsep aslinya yang dimaksud variabel adalah konsep yang memiliki keragaman nilai. Meskipun demikian pemahaman yang mengartikan variabel sebagai faktor-faktor yang akan dikaji dalam penelitian juga dapat diterima mengingat bahwa kegiatan penelitian memang terpusat pada upaya memahami, mengukur, dan menilai keterkaitan antar variabel-variabel tersebut. Tentang hal ini perlu diperhatikan bahwa variabel penelitian bukanlah dikembangkan atau dirumuskan berdasarkan angan-angan atau intuisi peneliti, tetapi harus ditetapkan berdasarkan kajian pustaka. Itu juga berlaku pada penelitian Grounded maupun Penelitian Partisipatif.

Bedanya adalah dalam penelitian pada umumnya variabel lebih mengacu pada teori dan atau hasil-hasil penelitian yang telah biasa dilakukan tentang Topik atau Judul yang sama. Sedang dalam penelitian Grounded dan Partisipatif lebih mengacu pada data/fakta penagalaman empiris baik yang dilakukan oleh praktisi maupun para peneliti setempat.

MACAM – MACAM VARIABEL

Menurut Sugiyono (2009) hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

(1)  Variabel Independen : variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

(2) Variabel Dependen : sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen. Dalam bahasan Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
(3) Variabel Moderator : adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independent dengan dependen. Variabel ini disebut juga sebagai variabel independent kedua. Hubungan perilaku suami dan istri akan semakin baik (kuat) kalau mempenyai anak, dan akan semakin renggang kalau ada pihak ketiga ikut mencampuri. Di sini anak adalah variabel moderator yang memperkuat hubungan dan pihak ketiga adalah sebagai variabel moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.

(4) Variabel Intervening : Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.

(5) Variabel Kontrol : adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independent terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering digunakan oleh peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan melalui penelitian eksperimen. Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dependen, moderator, intervening atau variabel yang lain, hrus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan empiris di tempat penelitian.Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti, maka terlebih dahulu perlu melakukan kajian teoritis dan melakukan studi pendahuluan pada objek yang diteliti.  

SUMBER :
http://www.scribd.com/doc/34961289/Pengertian-data

Kamis, 29 Maret 2012

Penalaran

Tugas Sostskill : Gunadarma

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Metode Penalaran ada 2 jenis, yaitu :
  • Metode Induktif (Khusus ke Umum)
          Metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.

  • Metode Deduktif (Umum ke Khusus)
           Metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.


Source : Wikipedia

Senin, 26 Maret 2012

Konvensi Naskah

 Tugas Softskill : http://www.gunadarma.ac.id/

Dalam pembuatan naskah yang baik tergantung dari kerangka karangan yang telah digarap sebelumnya, beserta perincian-perinciannya yang telah dilakukan kemudian. Perincian dari kerangka karangan akan menghasilkan suatu bab-bab dan sub-sub bab. Dari bab-bab dan sub-sub bab ini akan menghasilkan pokok-pokok pikiran atau gagasan utama dalam sebuah paragraf atau alinea.

            Dalam pembuatan naskah yang baik juga kita harus memperhatikan struktur kalimat dan pilihan kata (diksi) yang dibuat sedemikian rupa, sehingga apa yang kita tulis itu jelas, teratur dan menarik.

            Namun, ada hal yang lebih penting dari semua hal yang telah diuraikan di atas. Sebuah karangan juga menuntut suatu persyaratan lain yaitu persyaratan formal; bagaimana supaya bentuk atau wajah dari karangan itu, sehingga kelihatan tampak lebih indah dan menarik. Persyaratan formal ini meliputi bagian-bagian pelengkap dan kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti dalam dunia kepenulisan. Semua persyaratan ini secara umum disebut dengan konvensi naskah. Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.[1]

            Dari segi persyaratan formal ini, dapat dibedakan lagi karya yang dilakukan secara formal, semi-formal, dan non-formal.[2] Yang dimaksud dengan formal adalah bahwa suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi. Sebaliknya, semi-formal yaitu bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi. Sedangkan non-formal yaitu bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-syarat formalnya.

1. Pendahuluan
Pengembangan tema sebuah karangan tergantung dari kerangka karangan yang telah digarap sebelumnya, beserta perincian-perinciannya yang dilakukan kemudian. Perincian dalam kerangka karangan dapat diarahkan kepada pembentukan bab-bab dan anak-anak bab, sedangkan perincian-perincian yang dilakukan kemudian diarahkan kepada penetapan pokok-pokok utama dan pokok-pokok bawahan yang akan menjadi inti atau gagasan utama alinea-alinea.
Persyaratan formal yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu : bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup.

1.1. Bagian Pelengkap Pendahuluan
Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Bagian pelengkap pendahuluan terdiri dari :
· Judul pendahuluan
· Halaman pengesahan
· Halaman judul
· Halaman persembahan
· Kata pengantar
· Daftar isi
· Gambar, tabel, keterangan

1.2. Bagian Isi karangan
Bagian isi karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri. Bagian isi karangan biasanya terdiri dari :
· Pendahuluan
· Tubuh karangan
· Kesimpulan

1.3. Bagian Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah. Ada bebarapa bagian yang biasanya dimasukkan dalam bagian pelengkap penutup karangan yaitu : lampiran, bibliografi, dan daftar indeks.

Source : 

Rabu, 14 Maret 2012

Topik & Judul


Topik
Penentuan topik adalah tahap awal dalam proses penelitian atau penyusunan karya ilmiah. Topik yang masih bersifat awal tersebut kemudian difokuskan dengan cara membuatnya lebih sempit cakupannya atau lebih luas cakupannya. Ketika cakupannya sudah sesuai, kemudian permasalahan dapat ditentukan. Permasalahan dapat berupa pertanyaan yang kemudian analisis atau pernyataan argumentasi yang merupakan penjabaran bukti berdasarkan analisis.

Syarat Sebuah Topik
1. Topik penelitian bisanya didasarkan pada hal yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian dan di olah data tersebut  
2. Topik penelitian haruslah menjiwai dari seluruh apa yang ditulis dalam penelitian  
3. Topik penelitian dapat dicari dengan memperhatikan keadaan sekitar, kantor sendiri, perusahaan tempat bekerja, keadaan keluarga, kantor teman,  masyarakat sekitar, lewat hobi, lewat surat kabar, majalah, internet dan lain-lain.  Misalnya seorang yang bekerja sebagai kasir bank syariah, saat bekerja sering memperhatikan antrian panjang.  Ia berfikir bagaimana agar antrian dapat diatur lebih tertib, efisien dan tidak membebankan perusahaan.  Akhirnya ia tertarik untuk menelitian dengan topik antrian, yang teorinya dapat ia ambil dari buku manajemen produksi. Demikian topik dapat dicari dari sesuatu yang kita perhatikan sehari-hari.  
4. Dengan memiliki topik penelitian maka dengan mudah mencari judul penelitian, tetapi judul penelitian belum tentu sama dengan topic penelitian karena judul tersebut bisanya berubah-ubah / fleksibel, dan harus disesuaikan dengan kesukaan peneliti dan topik penelitian. harus diuji dengan Topik penelitian bisa.  
5. Topik penelitian harus didukung dengan olah data penelitian yang akan dicari, artinya data tersebut mudah didapatkan  
6. Topik penelitian dapat dianalisis dengan kajian kualitatif dan kuantitatif  
7. Topik penelitian sebaiknya mudah direalisasikan dan tidak sukar dalam olah datanya, jangan memilih topik yang sulit dan tidak rasional, apalagi tidak didukung oleh dana, waktu dan tenaga yang memadai. 
8. Topik penelitian sebaiknya dibicarakan pula dengan dosen pembimbing sehingga komunikasi tidak putus, dan berhubungan dengan apa yang diinginkan oleh dosen pembimbing  
9. Topik penelitian kadang tidak tertulis langsung dalam penelitian, tetapi “rohnya” terasa dalam melakukan tahapan-tahapan penelitian dari Bab pendahuluan sampai dengan Bab kesimpulan.
10.  Buatlah beberapa topik penelitian yang olah datanya akan dijabarkan dalam judul penelitian, dan siapkan hal tersebut sebelum menghadap dosen pembimbing.
Membatasi Topik
Membatasi Topik dalam Karangan
Seorang penulis harus membatasi topik yang akan digarapnya. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup sempit dan terbatas atau sangat khusus untuk digarap, sehingga tulisannya dapat terfokus.
Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu pengarang dalam beberapa hal:

1. Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.


2. Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya. Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang akan dikembangkan.



Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan mempergunakan cara sebagai berikut:

1.Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.


2.Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.


3.Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.


4.Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih lanjut atau tidak.


Dengan demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang sangat khusus dan cukup sempit.

Judul
Sebuah tulisan atau sebuah buku yang dilihat pertama kali adalah judulnya, ia menjadi mahkota bagi sebuah tulisan. Tanpa judul sebuah tulisan atau buku tentu tidak akan dikenal, demikian pula judul yang tidak sesuai dengan isi akan terjadi ketimpangan. Sebuah judul juga akan mencerminkan apa yang dibahas dalam sebuah tulisan.  Karena itu pemilihan judul bagi tulisan atau buku menjadi sangat penting, terutama untuk menarik para pembaca. Sebuah buku atau tulisan dengan judul yang sederhana tentu tidak menarik bagi para pembaca. Kebalikannya buku dengan judul yang unik dan menarik akan mengundang rasa penasaran bagi para pembaca.

Judul dibagi menjadi dua,yaitu :
1. Judul langsung :
Judul yang erat kaitannya dengan bagian utama berita, sehingga hubugannya dengan bagian utama nampak jelas.
2. Judul tak langsung :
Judul yang tidak langsung hubungannya dengan bagian utama berita tapi tetap menjiwai seluruh isi karangan atau berita.

Ada beberapa pedoman dalam membuat sebuah judul buku atau tulisan, diantaranya adalah
1.       Judul mewakili isi dari buku atau tulisan tersebut.
2.       Judul terdiri dari kalimat yang pendek dan mudah dipahami oleh pembaca (tidak ambigu)
3.       Judul yang menarik tidak harus dengan kata-kata yang puitis atau dengan bahasa sastra
4.       Keunikan judul akan memberikan nilai lebih bagi tulisan.
5.       Penggunaan judul akan berbeda antara tulisan ilmiah dan popular
Sebagaimana disebutkan pada poin satu bahwa sebuah judul haruslah mewakili isi dari tulisan tersebut. Ini adalah syarat mutlak. Sebuah judul yang bagus dan menarik namun ketika dibaca ternyata tidak sesuai dengan isinya akan membuat para pembaca kecewa. Judul-judul bombastis seperti ini biasanya dibuat oleh para penjual berita koran untuk menarik para pembacanya. Model seperti ini kurang cocok diterapkan pada buku atau tulisan ilmiah. Dalam tulisan ilmiah sebuah judul akan menjadi key word (kata kunci) untuk kepentingan pencarian data. Misalnya judul “Hak Cipta Dalam Islam”, dari judul ini kita akan mengetahui bagaimana hak cipta dalam Islam. 
Selanjutnya pada buku-buku ilmiah dan popular judul sebaiknya menggunakan kata-kata pendek dan mudah dipahami pembaca. Maksudnya adalah judul bukan berupa kalimat ambigu dan multi tafsir. Ini berbeda dengan tulisan berupa cerpen atau novel yang biasanya memberikan judul dengan kata-kata unik dan sering dipahami berbeda antara penulis dengan pembacanya. Pemilihan judul yang tidak multi tafsir berarti dari judul tersebut pembaca akan dapat mengetahui apa yang dibahas di dalamnya. Misalnya judul “Dahsyatnya Salam”, maka pembaca tentu akan memahami bagaimana keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam syariat salam dalam Islam. Pada buku-buku anak pemilihan judul yang jelas dan tegas semakin penting karena dunia anak yang masih belum banyak memiliki kosa kata.
Sebuah judul yang menarik juga tidak harus dengan menggunakan kata-kata puitis dan nyastra, ini berlaku bagi tulisan dan buku yang bersifat ilmiah dan popular. Kata-kata puitis bisanya digunakan untuk cerpen atau novel, misalnya judul “Tembang Lara dari Sidamulya” atau “Hidayah Merah Darah” judul-judul tersebut mencerminkan sebuah kisah dalam novel atau yang semisalnya. Jika hal ini diterapkan untuk buku-buku Ilmiah tentu tidak akan cocok. Karena itu pemilihan judul juga harus mempertimbangkan jenis apa yang akan kita tuliskan dan untuk siapa tulisan tersebt dibuat.
Masih terkait dengan keunikan sebuah judul, poin ini lebih kea rah buku-buku popular atau cerita-cerita dalam cerpen atau Novel. Biasanya para penulis cerita akan menggunakan kata-kata unik yang maknanya sulit untuk dipahami, bahkan bisa jadi antara pemahaman pembaca dengan penulis akan berbeda seratupersen. Misalnya saja judul buku yang sangat popular pada tahun 2008-an yaitu Ayat-ayat Cinta, pemahaman tentang judul ini tentu akan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Ayat-ayat Cinta secara bahasa berarti membahas tentang ayat-ayat Al-Qur’an berkaitan dengan Cinta, atau ayat-ayat dari seseorang yang bernama Cinta. Namun menurut pembacanya Ayat-ayat Cinta adalah bermakna tanda-tanda cinta, berbeda bukan? Contoh yang lain adalah judul “Matahari di atas Gilli” secara bahas tentu judul ini akan membahas tentang matahari yang berada di atas wilayah Gilli, namun ternate tidak seperti itu, judul ini adalah mengenai kisah kehidupan di wilayah Gilli. Maka pemilihan judul yang unik haruslan mempertimbangkan jenis tulisan yang kita buat.
Terakhir bahwa dalam menentukan judul kita harus mempertimbangkan jenis-jenis tulisan yang kita buat. Sebuah karangan ilmiah tidak mungkin diberi judul dengan kata-kata puitis. Demikian pula karangan tentang cerita dan kisah tidak matching jika diberi judul yang formal. Karena itu sebelum memberikan judul hendaknya para penulis melihat jenis tulisan dan untuk siapa tulisan tersebut dibuat.    
Dengan berpedoman kepada poin-poin di atas diharapkan kita akan mampu membuat sebuah tulisan dengan judul yang menarik para pembaca. Sehingga mereka akan mau untuk membaca tulisan kita.